Keadaan keluarga salah satu mantan pemain
top timnas Indonesia Abdul Kadir, menyedihkan. Sejak "Si Kancil" wafat
pada 2003 lalu, keluarganya terus mengalami kesulitan ekonomi yang
berkepanjangan.
Si Kancil sering disebut-sebut sebagai pemain terbaik dalam sejarah Timnas Indonesia. Prestasinya segudang. Saking hebatnya, ia bahkan pernah adu kemampuan dengan legenda Brasil, Pele, di Jakarta. Kadir pernah membawa timnas Indonesia menjuarai Piala Raja 1968, Merdeka Games 1969, dan Pesta Sukan Singapura 1972. Kadir juga pernah memperkuat timnas saat menjadi runner up Piala Presiden Korsel (1970-1972).
Kadir yang lahir di Denpasar, Bali, 27 Desember 1948 meninggal di Jakarta pada 4 April 2003 lalu. Usianya saat itu 54 tahun. Setelah ia pergi, istri beserta empat anak dan dua cucunya mengalami krisis ekonomi.
Rumah mereka yang berlokasi di Perumahan Bumi Satria Kencana, Kalimalang, Bekasi Selatan, hampir roboh. Listrik tak ada, genteng bocor, dan kamar mandi hancur. Intinya, rumah sang legenda sudah tak layak pakai. Meski demikian, pihak keluarga tetap bertahan karena itu adalah satu-satunya peninggalan Kadir. Mereka juga tak punya tempat tinggal lagi.
Si Kancil sering disebut-sebut sebagai pemain terbaik dalam sejarah Timnas Indonesia. Prestasinya segudang. Saking hebatnya, ia bahkan pernah adu kemampuan dengan legenda Brasil, Pele, di Jakarta. Kadir pernah membawa timnas Indonesia menjuarai Piala Raja 1968, Merdeka Games 1969, dan Pesta Sukan Singapura 1972. Kadir juga pernah memperkuat timnas saat menjadi runner up Piala Presiden Korsel (1970-1972).
Kadir yang lahir di Denpasar, Bali, 27 Desember 1948 meninggal di Jakarta pada 4 April 2003 lalu. Usianya saat itu 54 tahun. Setelah ia pergi, istri beserta empat anak dan dua cucunya mengalami krisis ekonomi.
Rumah mereka yang berlokasi di Perumahan Bumi Satria Kencana, Kalimalang, Bekasi Selatan, hampir roboh. Listrik tak ada, genteng bocor, dan kamar mandi hancur. Intinya, rumah sang legenda sudah tak layak pakai. Meski demikian, pihak keluarga tetap bertahan karena itu adalah satu-satunya peninggalan Kadir. Mereka juga tak punya tempat tinggal lagi.
Anak pertama Kadir, Aryo Jasa Pradila, meninggal pada 2005 lalu
karena sakit tifus. Saat itu, keluarga tak mampu membayar biaya
pengobatan. Bantuan pun tak ada. Lalu pada 2007, musibah menimpa mereka
lagi. Banjir besar yang melanda Jakarta, menghanyutkan semua barang
berharga.
Kini, sang istri, Lisa Agustina Sumarwan, hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia beserta anak-anak dan cucunya hanya bisa hidup dari belas kasihan para tetangga.
Kini, sang istri, Lisa Agustina Sumarwan, hanya bisa pasrah dengan keadaan. Ia beserta anak-anak dan cucunya hanya bisa hidup dari belas kasihan para tetangga.
"Banyak yang kami jual buat biaya makan. Untung tetangga juga baik.
Mereka bantu-bantu kami buat makan. Sekarang saya kerja bantu masak,
upahnya tak seberapa. Pernah genteng rumah roboh dan kena tangan saya,
sampai harus dijahit. Kasur pun sekarang pemberian tetangga," kata Lisa
kepada VIVAbola, Kamis 3 Mei 2012.
Tiga anak Kadir lainnya juga belum punya pekerjaan yang layak. Maklum, pendidikan mereka tak terlalu tinggi. Anak terakhir, Rizky, bahkan hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) karena keluarga tak mampu membiayai.
"Kiki sekarang sering bantu-bantu tetangga. Bantu angkat-angkat barang, cuci motor, cuci mobil," ucap Lisa.
Melihat situasi yang terjadi, keprihatinan pun datang dari pemuda sekitar. Komunitas Pemuda dari Perumahan Bumi Satria Kencana (wilayah Kadir tinggal) lalu menyebarkan kabar ini melalui jejaring sosial Twitter.
"Kami dari Komunitas Pemuda, pernah mengidolakan beliau. Kami sangat prihatin dengan keadaan keluarga beliau. Kami melalui sosial media lalu mewartakan ini biar masyarakat tahu, keluarga beliau butuh bantuan," kata Tito Oktaviadi, Koordinator Pemuda Perumahan Bumi Satria Kencana.
Lisa sendiri sangat berharap adanya bantuan baik dari pihak PSSI, maupun pecinta sepak bola. Lisa sangat berharap rumahnya dapat segera diperbaiki.
"Saya ingin atap saya betul. Biar saat hujan, rumah enggak langsung banjir. Saya ingin memperbaiki rumah dan kalau bisa buka warung," kata Lisa.
Tiga anak Kadir lainnya juga belum punya pekerjaan yang layak. Maklum, pendidikan mereka tak terlalu tinggi. Anak terakhir, Rizky, bahkan hanya tamatan Sekolah Dasar (SD) karena keluarga tak mampu membiayai.
"Kiki sekarang sering bantu-bantu tetangga. Bantu angkat-angkat barang, cuci motor, cuci mobil," ucap Lisa.
Melihat situasi yang terjadi, keprihatinan pun datang dari pemuda sekitar. Komunitas Pemuda dari Perumahan Bumi Satria Kencana (wilayah Kadir tinggal) lalu menyebarkan kabar ini melalui jejaring sosial Twitter.
"Kami dari Komunitas Pemuda, pernah mengidolakan beliau. Kami sangat prihatin dengan keadaan keluarga beliau. Kami melalui sosial media lalu mewartakan ini biar masyarakat tahu, keluarga beliau butuh bantuan," kata Tito Oktaviadi, Koordinator Pemuda Perumahan Bumi Satria Kencana.
Lisa sendiri sangat berharap adanya bantuan baik dari pihak PSSI, maupun pecinta sepak bola. Lisa sangat berharap rumahnya dapat segera diperbaiki.
"Saya ingin atap saya betul. Biar saat hujan, rumah enggak langsung banjir. Saya ingin memperbaiki rumah dan kalau bisa buka warung," kata Lisa.
sumber VIVAbola
0 komentar:
Posting Komentar