ORGANISASI YANG LUAR BIASA DALAM SARANG LEBAH
Kehidupan lebah di sarang dan produksi madunya sangatlah menakjubkan.
Tanpa membahas terlalu terperinci, marilah kita amati ciri-ciri utama
“kehidupan sosial” lebah. Lebah harus melaksanakan banyak “tugas” dan
mereka mengatur semua ini dengan organisasi yang luar biasa.
Pengaturan kelembapan dan ventilasi: Kelembapan sarang, yang membuat
madu memiliki kualitas perlindungan tinggi, harus dijaga pada
batas-batas tertentu. Pada kelembapan di atas atau di bawah batas ini,
madu akan rusak serta kehilangan kualitas perlindungan dan gizinya.
Begitu juga, suhu sarang harus 35 C selama sepuluh bulan pada tahun
tersebut. Untuk menjaga suhu dan kelembapan sarang ini pada batas
tertentu, ada kelompok khusus yang bertugas menjaga ventilasi.
Jika hari panas, terlihat lebah sedang mengatur ventilasi sarang. Jalan masuk sarang dipenuhi lebah. Sambil menempel pada struktur kayu, mereka mengipasi sarang dengan sayap. Dalam sarang standar, udara yang masuk dari satu sisi terdorong keluar pada sisi yang lain. Lebah ventilator yang lain bekerja di dalam sarang, mendorong udara ke semua sudut sarang.
Jika hari panas, terlihat lebah sedang mengatur ventilasi sarang. Jalan masuk sarang dipenuhi lebah. Sambil menempel pada struktur kayu, mereka mengipasi sarang dengan sayap. Dalam sarang standar, udara yang masuk dari satu sisi terdorong keluar pada sisi yang lain. Lebah ventilator yang lain bekerja di dalam sarang, mendorong udara ke semua sudut sarang.
Sistem ventilasi ini juga bermanfaat melindungi sarang dari asap dan pencemaran udara.
Sistem kesehatan: Upaya lebah untuk menjaga kualitas madu tidak
terbatas hanya pada pengaturan kelembapan dan panas. Di dalam sarang
terdapat sistem pemeliharaan kesehatan yang sempurna untuk mengendalikan
segala peristiwa yang mungkin menimbulkan bakteri. Tujuan utama sistem
ini adalah menghilangkan zat-zat yang mungkin menimbulkan bakteri.
Prinsipnya adalah mencegah zat-zat asing memasuki sarang. Untuk itu, dua
penjaga selalu ditempatkan pada pintu sarang. Jika suatu zat asing atau
serangga memasuki sarang walau sudah ada tindakan pencegahan ini, semua
lebah bereaksi untuk mengusirnya dari sarang.
Untuk benda asing yang lebih besar yang tidak dapat dibuang dari
sarang, digunakan mekanisme pertahanan lain. Lebah membalsam benda asing
tersebut. Mereka memproduksi suatu zat yang disebut “propolis” (resin
lebah) untuk pembalsaman. Resin lebah ini diproduksi dengan cara
menambahkan cairan khusus yang mereka keluarkan dari tubuh kepada resin
yang dikumpulkan dari pohon-pohon seperti pinus, hawwar, dan akasia.
Resin lebah juga digunakan untuk menambal keretakan pada sarang. Setelah
ditambalkan pada retakan, resin tersebut mengering ketika bereaksi
dengan udara dan membentuk permukaan yang keras. Dengan demikian, sarang
dapat bertahan dari ancaman luar. Lebah menggunakan zat ini hampir
dalam semua pekerjaan mereka.
Sampai di sini, berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran. Propolis mencegah bakteri apa pun hidup di dalamnya. Ini membuat propolis ideal untuk pembalsaman. Bagaimana lebah mengetahui bahwa zat tersebut ideal? Bagaimana lebah memproduksi suatu zat, yang hanya bisa diproduksi manusia dalam laboratorium dan menggunakan teknologi, dengan pemahaman ilmu kimia? Bagaimana mereka mengetahui bahwa serangga yang mati dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri dan bahwa pembalsaman akan mencegah hal ini?
Sampai di sini, berbagai pertanyaan muncul dalam pikiran. Propolis mencegah bakteri apa pun hidup di dalamnya. Ini membuat propolis ideal untuk pembalsaman. Bagaimana lebah mengetahui bahwa zat tersebut ideal? Bagaimana lebah memproduksi suatu zat, yang hanya bisa diproduksi manusia dalam laboratorium dan menggunakan teknologi, dengan pemahaman ilmu kimia? Bagaimana mereka mengetahui bahwa serangga yang mati dapat menimbulkan tumbuhnya bakteri dan bahwa pembalsaman akan mencegah hal ini?
Sudah jelas lebah tidak memiliki pengetahuan apa pun tentang ini,
apalagi laboratorium. Lebah hanyalah seekor serangga yang panjangnya 1-2
cm dan ia melakukan ini semua dengan apa yang telah diilhamkan
Tuhannya.
PENYIMPANAN MAKSIMAL DENGAN BAHAN MINIMAL
Sarang yang dibangun lebah dapat menampung 80 ribu lebah yang hidup
dan bekerja bersama-sama, dengan menggunakan sedikit bagian dari lilin
lebah.
Sarang tersebut tersusun atas sarang madu berdinding lilin lebah,
dengan ratusan sel-sel kecil pada kedua permukaannya. Semua sel sarang
madu berukuran sama persis. Keajaiban teknik ini dicapai melalui kerja
kolektif ribuan lebah. Lebah menggunakan sel-sel ini untuk menyimpan
makanan dan memelihara lebah muda.
Selama jutaan tahun, lebah telah menggunakan struktur segi enam untuk
membangun sarangnya. (Sebuah fosil lebah yang berusia 100 juta tahun
telah ditemukan). Sungguh menakjubkan bahwa mereka memilih struktur segi
enam, bukan segi delapan atau segi lima. Ahli matematika memberikan
alasannya: “struktur segi enam adalah bentuk geometris yang paling cocok
untuk memanfaatkan setiap area unit secara maksimum”. Jika sel-sel
sarang madu dibangun dengan bentuk lain, akan terdapat area yang tidak
terpakai, sehingga lebih sedikit madu yang bisa disimpan dan lebih
sedikit lebah yang mendapatkan manfaatnya.
Pada kedalaman yang sama, bentuk sel segi tiga atau segi empat dapat
menampung jumlah madu yang sama dengan sel segi enam. Akan tetapi, dari
semua bentuk geometris tersebut, segi enam memiliki keliling yang paling
pendek. Kendatipun memiliki volume yang sama, jumlah lilin yang
diperlukan untuk membangun sel segi enam lebih sedikit daripada untuk
membangun sel segi tiga atau segi empat.
Kesimpulannya: sel berbentuk segi enam memerlukan jumlah lilin paling
sedikit dalam pembangunannya, dan menyimpan madu paling banyak. Lebah
tentu tidak akan mampu menghitung ini, yang hanya dapat dilakukan
manusia dengan perhitungan geometris yang rumit. Hewan kecil ini
menggunakan bentuk segi enam secara fitrah, hanya karena mereka diajari
atau “diilhami” oleh Tuhan mereka.
Desain sel segi enam ini sangat praktis dalam banyak hal. Sel-sel
tersebut pas saat disusun dan menggunakan satu dinding bersama-sama.
Sekali lagi, hal ini menjamin penyimpanan maksimal dengan lilin minimal.
Kendatipun agak tipis, dinding sel ini cukup kuat untuk menahan berat
beberapa kali lebih besar dari beratnya sendiri.
Selain pada dinding sisi sel, lebah juga menggunakan prinsip penghematan maksimal ini ketika membangun ujung-ujung bagian bawah.
Selain pada dinding sisi sel, lebah juga menggunakan prinsip penghematan maksimal ini ketika membangun ujung-ujung bagian bawah.
Sarang dibuat seperti sebuah potongan pipih dengan dua baris sel yang
saling membelakangi. Dalam hal ini, terjadi masalah pada titik
pertemuan dua sel. Masalah ini diselesaikan dengan cara membangun
permukaan bawah sel dengan menggabungkan tiga bujur sangkar. Ketika tiga
sel dibangun pada satu sisi sarang, permukaan bawah sel pada sisi lain
pun otomatis terbentuk.
Karena permukaan bawah tersusun dari plat-plat lilin bujur sangkar,
bagian bawah sel-sel yang dibuat dengan cara ini jadi bertambah dalam.
Ini berarti volume sel bertambah, dan berarti bertambah pula jumlah madu
yang dapat disimpan.
CIRI-CIRI LAIN SARANG MADU
Satu hal lain yang dipertimbangkan ketika membangun sarang madu
adalah kemiringan sel. Dengan menaikkan kemiringan sel 13 pada kedua
sisinya, lebah mencegah sel berposisi sejajar dengan tanah. Dengan
demikian, madu tidak akan bocor dari mulut sel.
Selagi bekerja, lebah madu saling bergelantungan membentuk lingkaran
dan bergerombol. Dengan melakukan hal ini, mereka menghasilkan suhu yang
dibutuhkan untuk produksi lilin. Kantung kecil dalam perut mereka
memproduksi cairan transparan, yang mengalir keluar dan mengeraskan
lapisan lilin tipis. Lebah mengumpulkan lilin dengan menggunakan kait
kecil pada kakinya. Mereka memasukkan lilin ini ke dalam mulut, lalu
mengunyah serta memprosesnya sampai lilin tersebut cukup lunak, dan
membentuknya dalam sel. Sejumlah lebah bekerja bersama untuk menjaga
suhu yang dibutuhkan tempat kerja mereka, agar lilin tersebut tetap
lunak dan mudah dibentuk.
Ada satu hal lagi yang menarik untuk diketahui: pembangunan sarang
madu dimulai dari bagian atas sarang dan berlanjut ke bawah secara
bersamaan pada dua atau tiga baris yang terpisah. Sementara potongan
sarang madu berkembang ke arah yang berbeda, pertama-tama bagian bawah
dari dua baris tersebut menyatu. Proses ini dilaksanakan dengan selaras
dan tertata secara menakjubkan. Oleh karena itu, sulit dimengerti bahwa
sarang madu sebenarnya terdiri atas tiga bagian terpisah.
Potongan-potongan sarang madu, yang pembangunannya dimulai dari arah
yang berbeda-beda, diatur begitu sempurna sehingga kendatipun terdapat
ratusan sudut berbeda dalam strukturnya, sarang tetap tampak seperti
satu sarang yang seragam.
Untuk pembangunan tersebut, lebah harus terlebih dahulu
memperhitungkan jarak antara titik awal dan titik sambungan. Lalu,
mereka mendesain dimensi sel tersebut sesuai dengan ini. Bagaimana
perhitungan yang demikian rumit dapat dilakukan oleh ribuan lebah? Hal
ini senantiasa menakjubkan para ilmuwan.
CARA MENENTUKAN ARAH
Lebah biasanya harus terbang menempuh jarak jauh dan menjajagi
wilayah luas untuk menemukan makanan. Mereka mengumpulkan serbuk sari
bunga dan bahan pembuat madu dalam jarak 800 m dari sarang. Seekor
lebah, yang telah menemukan bunga, terbang kembali ke sarangnya untuk
memberi tahu lebah lain tentang tempat bunga tersebut. Bagaimana lebah
ini menjelaskan lokasi bunga kepada lebah lain di sarang?
Dengan menari… Lebah yang kembali ke sarangnya mulai menari. Tarian
ini adalah sarana ekspresi, yang mereka gunakan untuk memberi tahu lebah
lain tentang lokasi bunga. Tarian yang diulang-ulang lebah tersebut
mengandung semua informasi tentang sudut, arah, jarak, dan informasi
perincian lain tentang sumber makanan, sehingga lebah lain dapat
mencapai tempat itu.
Tarian ini berbentuk angka “8″ yang diulang terus-menerus oleh lebah
tersebut (lihat gambar di atas). Lebah tersebut membentuk bagian tengah
angka “8″ dengan mengibas-ngibaskan ekor dan bergerak zig-zag. Sudut
antara gerakan zig-zag dan garis matahari-sarang menunjukkan arah sumber
makanan dengan tepat (lihat gambar di atas).
Akan tetapi, sekadar mengetahui arah sumber makanan tidaklah cukup. Lebah pekerja juga harus “mengetahui” seberapa jauh mereka harus menempuh perjalanan mengumpulkan bahan pembuat madu. Jadi, lebah dari sumber bunga tersebut memberitahukan jarak serbuk bunga dengan gerakan tubuh tertentu, yakni dengan menggoyangkan bagian bawah tubuhnya dan menimbulkan aliran udara. Misalnya, untuk “menjelaskan” jarak 250 m, ia mengibaskan bagian bawah tubuhnya lima kali dalam setengah menit. Dengan demikian, lokasi pasti sumber makanan tersebut dapat dijelaskan dengan terperinci, baik tentang jarak maupun arahnya.
Akan tetapi, sekadar mengetahui arah sumber makanan tidaklah cukup. Lebah pekerja juga harus “mengetahui” seberapa jauh mereka harus menempuh perjalanan mengumpulkan bahan pembuat madu. Jadi, lebah dari sumber bunga tersebut memberitahukan jarak serbuk bunga dengan gerakan tubuh tertentu, yakni dengan menggoyangkan bagian bawah tubuhnya dan menimbulkan aliran udara. Misalnya, untuk “menjelaskan” jarak 250 m, ia mengibaskan bagian bawah tubuhnya lima kali dalam setengah menit. Dengan demikian, lokasi pasti sumber makanan tersebut dapat dijelaskan dengan terperinci, baik tentang jarak maupun arahnya.
Ada masalah baru bagi lebah yang memerlukan waktu lama untuk terbang
ke sumber makanan. Saat lebah-yang hanya mampu menjelaskan sumber
makanan berdasarkan arah matahari-kembali ke sarangnya, matahari
bergeser 1 setiap 4 menit. Akhirnya, lebah akan melakukan kesalahan 1
setiap 4 menit perjalanannya, yang ia beri tahukan pada lebah-lebah
lain.
Anehnya, lebah ini tidak menghadapi persoalan tersebut! Mata lebah terdiri atas ratusan mata segi enam kecil. Setiap lensa berfokus pada satu wilayah sempit, persis seperti teleskop. Lebah yang melihat ke arah matahari pada waktu tertentu di siang hari akan selalu dapat menentukan lokasinya saat terbang. Lebah melakukan perhitungan ini dengan memanfaatkan perubahan cahaya matahari berdasarkan waktu. Akibatnya, lebah menentukan arah lokasi sasaran tanpa salah, dengan melakukan koreksi dalam informasi yang ia berikan di dalam sarang ketika matahari bergerak maju.
Anehnya, lebah ini tidak menghadapi persoalan tersebut! Mata lebah terdiri atas ratusan mata segi enam kecil. Setiap lensa berfokus pada satu wilayah sempit, persis seperti teleskop. Lebah yang melihat ke arah matahari pada waktu tertentu di siang hari akan selalu dapat menentukan lokasinya saat terbang. Lebah melakukan perhitungan ini dengan memanfaatkan perubahan cahaya matahari berdasarkan waktu. Akibatnya, lebah menentukan arah lokasi sasaran tanpa salah, dengan melakukan koreksi dalam informasi yang ia berikan di dalam sarang ketika matahari bergerak maju.
METODE PENANDAAN BUNGA
Lebah dapat mengetahui kalau bunga yang ia temui telah didatangi dan
diambil nektarnya lebih dahulu oleh lebah lain, dan ia segera
meninggalkannya. Dengan demikian, ia menghemat waktu dan tenaga. Lalu,
bagaimana seekor lebah mengetahui, tanpa memeriksa, bahwa nektar bunga
tersebut telah diambil?
Ini terjadi karena lebah yang mendatangi bunga terlebih dahulu
menandainya dengan tetesan berbau khas. Begitu seekor lebah baru
mengunjungi bunga yang sama, ia mencium bau tersebut dan mengetahui
bahwa bunga tersebut sudah tidak berguna dan karenanya langsung pergi ke
bunga yang lain. Dengan demikian, lebah tidak membuang waktu pada bunga
yang sama.
Demikianlah pelajaran yang bisa kita pelajari dari lebah, semoga kita bisa mengambil hikmahnya
WIDYA GALLERY
Sumber: http://www.harunyahya.com
0 komentar:
Posting Komentar